Maddalena Gabriella dei marchesi di Canossa (Magdalena dari Canossa) lahir pada tanggal 1 Maret 1774 di Verona, Italia. Ia adalah puteri dari pasangan, Marquis Ottavio Di Canossa dan Teresa Szluha. Ayahnya adalah seorang bangsawan terhormat “Di Canossa” dari Verona dan ibunya juga seorang Countess (puteri bangsawan) dari Hungaria. Sebagai seorang puteri bangsawan, Magdalena kecil hidup dalam segala kemewahan dan kemuliaan duniawi, namun Tuhan ternyata memiliki rencana yang indah bagi bunga kecil dari Verona ini.
Saat ia berusia 5 tahun ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dua tahun kemudian ibunya meninggalkan istana bangsawan “di Canossa” untuk menikah lagi dengan seorang bangsawan dari Mantua. Magdalena bersama tiga orang saudaranya yang telah kehilangan ayah dan ibunya lalu di asuh oleh paman mereka yang bernama Girolamo di Canossa.
Pada tahun 1791 Magdalena sempat masuk postulan biara Karmel dan tinggal selama sepuluh bulan dalam biara. Namun dalam doa-doanya ia menyadari bahwa menjadi seorang Karmelite bukanlah jalan yang disiapkan Tuhan baginya. Ia lalu kembali ke istana keluarganya dan hidup sebagai seorang puteri bangsawan dan mengelola tanah luas warisan keluarga besarnya.
Pada masa ini Magdalena sempat menjamu Jenderal Napoleon Bonaparte di istananya. Jenderal Napoleon, yang kelak menjadi Kaisar Perancis, adalah sahabat baik keluarga “Di Canossa” dan selalu menjadi tamu agung di istana keluarga ini bila ia berkunjung ke Verona. Tercatat tiga kali Napoleon pernah tinggal di istana Di Canossa; yaitu pada tahun 1797, 1805 dan 1807.
Di masa ini juga Magdalena Canossa menyaksikan kota kelahirannya berubah dari sebuah kota pelabuhan yang makmur menjadi kota yang kumuh penuh dengan para gelandangan yang hidup terlunta-lunta di jalanan. Keadaan menjadi semakin buruk akibat invasi pasukan Perancis ke Italia serta berbagai manuver politik dan militer dari Kekaisaran Austria yang sejak lama ingin menguasai kota pelabuhan yang makmur ini. Bahan pangan menjadi langka dan kekerasan merajalela di jalanan kota Verona. Kekacauan terjadi dimana-mana dan yang paling menderita dalam kondisi ini adalah rakyat jelata dan kaum miskin papa. Hati Magdalena bergejolak sedih menyaksikan penderitaan rakyat di kotanya. Kata-kata Yesus dalam kitab suci ini terus bergema dalam hatinya:
Ia dapat merasakan panggilan Tuhan baginya berkarya membantu sesama yang menderita.
Dengan menggunakan harta warisan keluarganya, Magdalena mulai berkarya membantu para tuna wisma dan anak-anak terlantar. Pada tanggal 1 April 1808 kepadanya dihibahkan sebuah biara kosong yang telah lama ditinggalkan di San Zeno Verona. Dengan penuh rasa syukur Magdalena bersama dua orang gadis miskin yang diselamatkannya dari permukiman kumuh, bekerja keras memperbaiki bangunan biara tersebut hingga dapat digunakan kembali.
Satu bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 8 Mei 1808, Magdalena meninggalkan istana leluhurnya dan pindah ke biara di San Zeno yang sekarang dikenal sebagai biara Canossian Santo Joseph. Secara perlahan banyak wanita muda datang dan bergabung dalam komunitas religius yang didirikannya. Inilah awal berdirinya Konggregasi Suster Putri-putri Cinta Kasih (atau dalam bahasa Italia: Figlie Della Carità Canossiane, yang disingkat: FDCC), yang juga di sebut Konggregasi Suster Canossian.
Para suster Canossian mulai berkarya di Verona dengan merawat anak-anak terlantar dan melayani di rumah sakit. Kabar tentang karya mereka yang penuh kasih segera tersebar di wilayah tersebut dan Magdalena menerima banyak permintaan untuk memberikan pelayanan di kota-kota lain. Tuhan memberkati karya para suster Canossian hingga dalam waktu singkat beberapa biara baru dibuka di berbagai kota. Biara Canossian di Venesia dibuka tahun 1812, dan biara di Milan di buka pada tahun 1816, di kota Bergamo pada tahun 1820 dan di kota Trent pada tahun 1824.
Magdalena menyusun sendiri Regula atau aturan hidup Konggregasi Canossian. Regula ini mendapat persetujuan dari Paus Leo XII pada tanggal 23 Desember 1828. Teladan hidup Magdelana yang kudus serta wataknya yang lembut dan persuasif menarik banyak wanita muda untuk bergabung menjadi anggota biara Canossian.
Pada tahun 1831 Magdalena mendirikan Konggregasi imam Canossian (Canossian Sons of Charity, atau dalam bahasa Italia: Figli della Carità Canossiani, disingkat: FdCC). Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 200 orang imam dan Bruder yang mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan anak-anak dan remaja melalui katekese di sekolah, panti asuhan, oratorium dan karya-karya amal lainnya. Para imam Canossian berkarya di Italia, Brasil, Kenya, Tanzania, India dan Filipina.
Santa Magdalena Canossa wafat pada tanggal 10 April 1835. Atas karya cinta kasih dan pelayanannya yang luar biasa kepada masyarakat miskin, serta berdasarkan penyelidikan mendalam terhadap beberapa mujzat yang terjadi melalui perantaarannya, Magdalena di Beatifikasi pada tanggal 7 Desember 1941 oleh Paus Pius XII dan di Kanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 2 Oktober 1988.(qq).
Magdalena bisa berarti "Menara yang tinggi" (Yunani), juga merupakan Nama sebuah desa di Palestina pada jaman Yesus (Magdala)
Magdalena (German), Magdalone (Danish), Madeleine, Madeline, Magdalen, Magdalena (English), Maialen (Basque), Magdalena (Bulgarian), Magdalena, Magda, Majda, Manda, Mandica (Croatian), Magdalena, Magdaléna, Alena, Lenka, Magda, Mahulena, Malena (Czech), Magdalena, Magda (Dutch), Magdalena, Matleena, Leena, Malin (Finnish), Madeleine, Magali, Madeline, Magalie (French), Magdaléna, Magdolna, Duci (Hungarian), Madailéin (Irish), Maddalena, Lena (Italian), Magdalena (Macedonian), Magdalena, Lena, Magda, Malene, Malin (Norwegian), Magdalena, Lena, Magda (Polish), Madalena, Magda (Portuguese), Magali (Provençal), Mădălina, Magdalena, Magda (Romanian), Magdaléna, Alena, Lenka (Slovak), Magdalena, Alena, Alenka, Majda (Slovene), Magdalena, Malena (Spanish), Magdalena, Lena, Lennie, Lenny, Magda, Malena, Malin (Swedish)