Kelompok Marti ini terdiri dari Tujuh Putra Santa Felisitas yang menjadi tewas di kota Roma pada masa penganiayaan Kaisar Antonius Pius tahun 165 M.
Orang tua 7 Pahlawan imam ini berasal dari keluarga bangsawan Romawi yang telah dibabtis menjadi orang Kristen. Sesudah ayah mereka meninggal dunia, Ibunda mereka, Santa Felisitas, mengabdikan seluruh hidupnya pada Tuhan dengan berdoa dan berkarya bagi orang-orang miskin. Teladan baik keluarga ini membawa banyak warga kota Roma kedalam iman Kristiani.
Hal ini menyebabkan imam-imam kafir amat marah dan melaporkannya kepada Kaisar Antonius Pius. Mereka mengatakan bahwa Felisitas dan anak-anaknya adalah musuh negara oleh sebab ia membuat dewa-dewa murka. Maka, kaisar memerintahkan agar Felisitas dan tujuh orang puteranya ditangkap.
Santa Felisitas tetap tenang saat dibawa kehadapan Gubernur. Sia-sia saja membujuknya untuk menyangkal imannya dengan mempersembahkan korban kepada para dewa. Akhirnya sang Gubernur dengan marah berseru, “Perempuan celaka! Jika engkau ingin mati, matilah! Tetapi, janganlah engkau membinasakan anak-anakmu pula.”
“Putera-puteraku akan hidup selama-lamanya jika mereka, seperti saya, mengutuk dewa-dewa berhala dan mati bagi Tuhan,” jawab Felisitas. Wanita yang gagah berani ini dipaksa menyaksikan putera-puteranya dihukum mati. Seorang mati dicambuk, dua orang didera dengan tongkat, tiga orang dipenggal kepalanya dan seorang lagi tewas ditenggelamkan.