Nama baptis santo Damianus adalah Joseph de Veuster. Ia dilahirkan pada tahun 1840 dalam sebuah keluarga petani di Tremeloo Belgia. Jeff; begitu sapaannya, adalah seorang yang tinggi dan kekar. Tahun-tahun yang dilewatkannya dengan bekerja di pertanian keluarganya telah menjadikan tubuhnya sehat dan kuat. Semua orang sayang padanya, sebab ia sangat baik serta murah hati.
Setelah dewasa Jeff dan saudara laki-lakinya, Pamphile, masuk Biara Kongregasi Hati Kudus Yesus untuk menjadi imam. Dalam biara Jeff kemudian memilih untuk menggunakan nama "Damianus”.
Pada tahun 1863, banyak imam dari konggregasi Hati Kudus Yesus dipilih untuk menjadi Misionaris ke Hawaii. Pamphile, saudara Damianus, termasuk salah seorang di antara mereka. Namun beberapa saat menjelang keberangkatannya, Pamphile terserang demam typhoid. Ia tidak lagi dapat dipertimbangkan untuk diberangkatkan ke daerah misi. Damianus, yang saat itu masih dalam pendidikan untuk menjadi imam, memohon untuk menggantikan tempatnya. Permohonannya dikabulkan.
Setelah berpamitan pada keluarganya, Damianus berangkat ke Hawaii dengan menumpang kapal laut, suatu perjalanan yang menghabiskan waktu delapan belas minggu lamanya. Tiba di Hawaii ia harus menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu dan ditahbiskan menjadi imam sebelum dapat bekerja sebagai missionaris. Ia berkarya selama delapan tahun di tengah umatnya di Hawaii. Daerah pelayanan yang sulit tidak menyurutkan semangat Imam muda dari Belgia ini. Ia sering mengunjungi umatnya ditempat tinggal mereka yang sulit dijangkau. Walau untuk itu ia harus melakukan perjalanan dengan menunggang kuda atau dengan kano (= semacam sampan). Umat menyayangi imam yang berperawakan tinggi dan murah hati ini. Damianus melihat bahwa umatnya senang ikut ambil bagian dalam Misa dan ibadat. Ia menggunakan sedikit uang yang berhasil dikumpulkannya untuk membangun kapel. Ia sendiri bersama umat paroki setempat membangun kapel mereka.
Bagian paling mengagumkan dalam hidup Damianus dimulai ketika Uskup meminta seorang imam sukarelawan untuk pergi ke pulau Molokai. Nama itu membuat orang bergidik ketakutan. Mereka tahu bahwa bagian dari pulau itu yang disebut Kalawao merupakan “kuburan hidup” bagi orang-orang kusta. Pulau itu merupakan tempat pembuangan bagi orang-orang yang berpenyakit kusta. Saat itu penyakit kusta adalah momok bagi dunia kesehatan. Tidak banyak yang diketahui tentang penyakit ini; dan rasa ngeri terjangkiti kusta menyebabkan para penderitanya dikucilkan di pulau tersebut.
Di Molokai para penderita kusta hidup mereka terpencil dari dunia luar. Tidak ada sarana kesehatan, tidak ada imam dan tidak ada penegak hukum. Pemerintah Hawaii mengirimkan makanan serta obat-obatan, tetapi jumlahnya tidak mencukupi. Lagi pula tidak ada sarana yang dikoordinir untuk membagikan barang-barang tersebut. Semua petugas kesehatan enggan untuk pergi kesana. Ketika pater Damianus sampai di Molokai. Ia sangat terguncang melihat penderitaan dan kemelaratan, serta keputusasaan para penderita kusta di sana. Walau demikian, ia bertekad untuk membantu mereka. Baginya tidak ada kata menyerah. Penduduk Molokai sungguh amat membutuhkan pertolongan.
Pater Damianus kemudian pergi ke Honolulu guna berhadapan dengan anggota majelis kesehatan. Mereka mengatakan bahwa Pater Damianus tidak diijinkan pulang pergi ke Molokai dengan alasan bahaya penularan penyakit kusta. Alasan sesungguhnya adalah bahwa mereka tidak menghendaki kehadirannya di Molokai. Ia akan menimbulkan banyak masalah bagi mereka. Jadi, mereka memberikan pilihan kepada Damianus : Tidak boleh pergi Molokai atau pergi ke Molokai dan tidak akan pernah diijinkan untuk meninggalkan pulau itu lagi. Para majelis kesehatan itu rupanya belum mengenal Pater Damianus. Dengan serta merta ia memilih untuk tinggal di Molokai!.
Setelah mempersiapkan dirinya secukupnya dalam keterampilan medis untuk merawat orang sakit; mulai dari membalut luka koreng sampai mengamputasi bagian tubuh yang membusuk, pater Damianus didaratkan di Molokai bersama-sama dengan beberapa penderita kusta.
Pater Damianus berkarya delapan belas tahun lamanya di Molokai. Dan seperti para penderita kusta yang dibuang disitu, ia tidak pernah diijinkan untuk keluar dari pulau tersebut. Dengan kerja keras dan pengorbanannya Molokai mulai berubah. Kata Molokai mempunyai arti yang sama sekali baru. Pulau yang sebelumnya merupakan tempat pembuangan para penderita penyakit kusta itu kini menjadi simbol sejati dari Cinta kasih Kristiani.
Suatu pagi saat sedang menyeduh kopi, tangan pater Damianus tercelup dalam kopi panas tersebut namun jarinya tidak merasakan apa-apa. Ini adalah tanda-tanda awal dari penyakit kusta. Menyadari bahwa ia telah terjangkit kusta; Damianus sama sekali tidak bersedih. Ia semakin bersemangat untuk bekerja dan mempersiapkan segala sesuatu bagi para penerusnya nanti apabila ia sudah berpulang.
Ia wafat akibat penyakit kusta pada tangal 15 April 1889 dalam usia Empatpuluh sembilan tahun. Pahlawan cinta kasih ini lalu dimakamkan disamping Gereja yang didirikannya bersama para penderita kusta.
Santo Damianus, seorang pengikut Kristus sejati yang rela mengorbankan nyawanya demi orang - orang yang terbuang. Bagaimana dengan anda..?
(Hati saya bergetar dan mata saya berkaca-kaca setiap kali membaca kisah orang Suci ini. Santo Damianus ... doakanlah kami....)
Berasal dari nama Yunani : Δαμιανος (Damianos) yang diturunkan dari kata δαμαω (damao) yang berarti "Menenangkan".
Damian, Damion (English), Damianos, Damianus (Ancient Greek), Damyan (Bulgarian), Damjan (Croatian), Damien (French), Damiano (Italian), Damjan (Macedonian), Demyan (Russian), Damjan (Serbian), Damjan, Damijan (Slovene), Demyan (Ukrainian)