Santo Aquila (Akwila) dan istrinya santa Priscila adalah sepasang suami-istri Yahudi Kristen pada abad pertama. Awalnya mereka tinggal di Italia; lalu mereka pindah ke Korintus saat terjadi pengusiran orang-orang Yahudi dari Italia oleh Kaisar Klaudius (41-54 M). Peristiwa Pengusiran ini dicatat oleh sejarahwan Suetonius sebagai berikut :
Kerusuhan terus–menerus yang dicatat Suetonius ini terjadi pada tahun 41 M (ada yang menyebutkan 49 M) antara orang Yahudi Kristen dan Yahudi non Kristen. Pemimpin Yahudi bernama Chrestus yang disebut Suetonius sebenarnya adalah Kristus. Ketidak-tahuan Suetonius membuat ia menganggap “Chrestus” sebagai pemimpin dari salah satu golongan Yahudi yang terus-menerus bertikai tersebut.
Di Korintus, Akwila dan Priskila bertemu dengan rasul Paulus. Kitab Suci menulis :
Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. (Kis 18:1-3)
Di Korintus Paulus mulai berkotbah di rumah ibadat dan mempertobatkan banyak orang, baik dari kalangan orang Yahudi maupun orang-orang Yunani. Paulus tinggal selama satu tahun enam bulan di Korintus bersama Santo Akwila dan Santa Priskila lalu melanjutkan perjalanannya ke Efesus. Akwila dan Priskila juga ikut bersamanya (Kis 18:18-19). Kemungkinan besar Paulus juga tinggal bersama suami istri tersebut. Dalam surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Korintus yang ditulis dari kota Efesus, Paulus menulis :
Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia Kecil. Akwila, Priskila dan Jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu. (1 Kor 16:19)
Di kota Efesus, rasul Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila di situ. Walau mereka minta kepada Paulus untuk tinggal lebih lama di situ, tetapi Paulus tidak mengabulkannya. Ia minta diri dan berkata: "Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya." Paulus lalu meninggalkan Efesus menuju Kaisarea (Kis 18:21).
Rupanya ini adalah rencana Tuhan; karena setelah itu kitab suci menulis :
Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias (Kis 18 24-28).
Apolos mungkin sekali adalah penulis dari Surat kepada orang Ibrani yang menjadi salah satu kitab dalam perjanjian baru.
Di surat Paulus yang terakhir kepada Timotius, yang saat itu tinggal di Efesus, Paulus mengirimkan salam kepada : Priska dan Akwila dan kepada keluarga Onesiforus (2 Tim 4:19).
Akwila dan Priskila tercatat bekerja dengan tekun untuk menguatkan iman jemaat gereja perdana. Mereka adalah pasangan suami isteri yang paling banyak disebutkan bersama-sama di dalam Alkitab. Karena itu di kalangan orang Kristen mereka dinamakan "pasangan paling populer" dalam Alkitab. Nama pasangan ini disebutkan sebanyak 7 kali di dalam Alkitab, tiga kali dalam surat-surat rasul Paulus dan beberapa kali di dalam kitab Kisah Para Rasul.
Suami-isteri penginjil ini juga tercatat pernah berkarya di kota Roma. Dalam Suratnya kepada Jemaat di Roma, Paulus menyampaikan salam dan rasa terimakasihnya kepada pasangan suami-isteri kudus ini.
Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus. Mereka telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi. (Rom 6:3-4)
Menurut tradisi gereja, Akwila dan Priskilla tidak lama tinggal di Roma, karena Paulus kembali mengutus mereka menjadi penilik jemaat di Asia Kecil. Tradisi ini diperkuat oleh Kitab Apostolic Constitutions (7.46) yang mencatat nama Akwila bersama Nicetas sebagai uskup-uskup pertama di Asia Kecil. Tradisi juga melaporkan bahwa Akwila mati sebagai martir bersama istrinya, Priskila.
Tradisi lain yang kurang didukung mengatakan bahwa Akwilla dan Priskila tetap tinggal di Roma sampai hari kematian mereka sebagai martir Kristus pada masa penganiayaan di abad pertama.
Sejak jaman gereja perdana Akwila dan Priskila sudah dihormati sebagai orang kudus. Gereja Ortodox memperingati mereka berdua bersama-sama tanggal 13 Februari. Gereja Ortodox yang lain memperingati hanya Akwila sebagai seorang rasul tanggal 14 Juli. Gereja Katolik Roma memperingati mereka berdua pada setiap tanggal 8 Juli.
Aquila = Elang (Latin)
Akwila (Indonesian)