St.Hippolitus awalnya adalah seorang perwira tentara kerajaan Romawi yang ditugaskan untk menjaga para tawanan Kristen yang ditangkap pada masa penganiayaan kaisar Maximinus. Melihat keteguhan iman orang-orang kristen Hippolitus kemudian bertobat dan memberikan dirinya untuk dibabtis. Ia kemudian meninggalkan Dinas militer lalu belajar tentang iman kristiani, sampai ia ditahbiskan menjadi imam.
Ia kemudian menulis banyak karya-karya mengagumkan mengenai teologi. Ia juga seorang guru yang hebat pula. Latar belakang militernya membuat Hippolitus merasa kecewa dengan kepemimpinan Santo Paus Pontianus dan beberapa Paus sebelumnya, yang ia nilai tidak tegas dan kurang cepat tanggap dalam menghadapi orang-orang yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat.
Hippolitus sendiri mempunyai sejumlah besar pengikut. Para pengikutnya mendesaknya agar ia mau diangkat sebagai paus. Hippolitus setuju. Ia memutuskan hubungan dengan Gereja dan menjadi paus tandingan. Ketika penganiayaan dimulai, ia ditangkap dan dikirim ke Sardinia. Di sana, dalam keadaan sengsara, ketika para musuh umat Kristiani tertawa, suatu karya penyembuhan yang ajaib terjadi.
Paus Pontianus dan Hippolitus saling bertemu di tempat pembuangan. Hippolitus tersentuh dengan semangat kerendahan hati paus. Ia kemudian bersujud dihadapan Bapa suci dan mohon diperbolehkan untuk kembali kedalam pelukan Gereja; segera ia merasakan segala amarah dan kecewanya diambil dari hatinya.
Pontianus; Paus dalam penderitaan itu dapat memahami sang imam dan mengasihinya. Bapa Suci tahu bahwa mereka perlu saling membantu serta menguatkan dalam kasih Yesus. St.Hippolitus wafat sebagai martir dengan cara yang amat mengerikan. Kedua kaki dan tangannya masing-masing diikat pada seekor kuda dan kemudian kuda-kuda itu dipacu keempat arah berlawanan hingga tubuhnya koyak menjadi empat bagian.
Penunggang Kuda (Yunani)
Hippolyte (French), Ippolito (Italian), Hipolit (Polish), Hipólito (Portuguese), Ippolit (Russian), Hipólito (Spanish)