A Catholic Online Directory

103 Martyrs of Korea

Anna Pak A-gi
Anna Pak A-gi

Santa Anna Pak A-gi

Anna Bak A-Gi Salah satu dari para martir Korea
  • Diterbitkan :
    12 Januari 2019
  • -
  • Diperbaharui :
    14 Oktober 2020
  • -
  • Hits :
    8371



Santa Anna Pak A-gi lahir pada tahun 1783 dalam keluarga Katolik yang tinggal di sebuah desa kecil di tepi Sungai Han. Dia tidak terlalu pandai dan kesulitan belajar katekese dan melafalkan doa-doa dasar (yang pada masa itu masih diucapkan dalam bahasa Latin), namun dia mencintai Allah dengan sepenuh hati. Dia selalu berkata, “Saya tidak dapat mengenal Allah sebanyak yang saya inginkan namun saya dapat berusaha untuk mencintai Dia dengan sepenuh hati.”

Pada usia delapan belas tahun, dia menikah dengan Fransiskus T’ae Mun-haeong dan melahirkan baginya dua putra dan tiga putri. Dia membesarkan anak-anaknya dengan baik, mengajarkan mereka kebajikan iman. Keluarganya tidak kaya, namun berusaha untuk hidup dengan adil.

Anna Pak A-gi memiliki devosi khusus kepada Kisah Sengsara Tuhan dan dia merenungkan lima luka-Nya dengan air mata. Ketika mendengar ada umat Katolik yang ditangkap dan menderita karena disiksa, dia menjelaskan kepada anak-anaknya tentang para martir Kristus dan mengungkapkan harapannya untuk memperoleh mahkota Kemartiran.

Pada bulan Maret 1836, dia ditangkap bersama suami dan putra sulungnya, Ung-chon. Suami dan putranya tidak dapat menahan siksaan dan memutuskan untuk murtad. Berbeda dengan Anna.  Walau sudah disiksa dengan mengerikan, imannya tidak pernah tergoyahkan. Baginya, rasa sakit akibat semua siksaan fisik yang dialami rasanya tidaklah seberapa dibandingkan sakit yang ia rasakan saat melihat suami dan putranya telah murtad.

Setelah bebas dengan menjual imannya, sang suami bersama puteranya kembali ke penjara setiap hari untuk membujuk Anna agar mengikuti jejak mereka.  Ia menceriterakan tentang nasib keluarganya setelah ditinggal Anna, kecemasan ibu mertuanya yang sedang sakit, dan tangisan anak-anak yang masih kecil karena ibunya. Ceritera suaminya membawa penderitaan hebat bagi Anna Pak A-gi.

Sejenak imannya goyah. Terbayang dalam benaknya bila ia menyangkal Kristus, ia dapat kembali menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya. Ia dapat kembali menjadi seorang istri yang taat bagi suaminya dan menjadi seorang menantu yang berbakti bagi ibu mertuanya. Bila ia meninggalkan imannya, ia dapat membawa kembali kedamaian dan kebahagiaan kepada seluruh keluarga. Namun secara luar biasa Anna Pak A-gi dapat mengatasi godaan duniawi ini. Dengan bercucuran air mata Anna menolak permohonan keluarganya untuk murtad. Ia malahan memohon pada suami dan puteranya agar bertobat dari kemurtadan dan kembali menjadi pengikut Kristus yang setia.

Beberapa kerabatnya juga datang ke penjara dan membujuknya untuk murtad. Anna Pak A-gi mendengarkan mereka dan menjawab demikian, “Apakah sepadan memilih kematian kekal hanya agar dapat hidup beberapa hari lagi?. Daripada mendesak saya untuk murtad, lebih baik kalian bertobat. Kalian harus iri akan keberuntungan saya.”

Sipir penjara juga mendesak dia dengan berkata, “Suami dan putramu telah dibebaskan dan kembali ke rumah. Dengan hanya satu kata, kamu dapat berbuat yang sama. Kamu begitu keras hati sehingga tidak dapat digerakkan oleh permohonan mereka. Apakah kamu memiliki banyak nyawa?” Kemudian Anna Pak A-gi menjawab, “Kemurtadan suami dan putra saya adalah urusan mereka. Apa hubungannya dengan saya?. Walau mereka telah murtad!  Saya memilih untuk mempertahankan iman saya dan mati untuk itu.”

Ia kemudian disiksa lagi dengan dipukuli sampai dagingnya lepas dan tulang-tulangnya terlihat. Namun Anna Pak A-gi tetap bertahan dan berlutut sambil berdoa. Akhirnya, sang komisaris menyadari bahwa mereka tidak akan dapat mematahkan iman wanita perkasa itu. Anna Pak A-gi lalu dipindahkan ke penjara yang lain. Di sana, dia kembali menjalani siksaan yang mengerikan.

Saat dalam persidangan, Hakim membujuknya untuk murtad;  “Suami dan putramu telah dibebaskan. Dengan satu kata saja, kamu juga bebas seperti mereka.”  Anna Pak A-gi menjawab, “Itu keinginan mereka sendiri. Keinginan saya adalah mati bagi Tuhan.”

Setelah tiga tahun di penjara, Anna Pak A-gi, yang saat itu berusia 57, tahun dijatuhi hukuman mati pada tanggal 10 Mei 1839 dengan tuduhan membaca buku-buku sesat dan gambar-gambar yang jahat. Ia dieksekusi bersama delapan martir Katolik lainnya pada hari Jumat tanggal 24 Mei 1839 di luar Pintu Gerbang Kecil Barat, Seoul Korea Selatan.

Santa Anna Pak A-gi dibeatifikasi bersama Para Martir Korea lainnya oleh Paus Pius XI pada tanggal 5 Juli 1925 dan dikanonisasi pada tanggal 6 Mei 1984 di Yoido, Seoul oleh Paus Yohanes Paulus II.

 


Arti nama

Anna  adalah nama versi Yunani dan Latin  dari nama Ibrani חַנָּה (Channah) yang berarti "mendukung" atau "rahmat" atau “Berkat”   

Variasi Nama

Ann, Anne, Anissa, Keanna  (English), Annabella, Annetta (Italian), Anne, Anika, Anina (German), Anke, Antje (Low German), Anne, Anika, Anke, Anneke, Annelien, Anouk, Ans, Antje (Dutch), Anne, Annika (Swedish), Anne, Anniken (Norwegian), Ane, Anne, Anika (Danish), Anne, Anneli, Anni, Anniina, Annikki, Annukka, Anu, Niina (Finnish), Anu (Estonian), Anikó, Annuska, Panni (Hungarian), Anka (Polish), Ania, Annushka, Anya, Anushka (Russian), Aneta (Czech), Ana, Anka (Bulgarian), Aina, Anaïs (Catalan), Anaïs (Occitan), Annick (Breton), Quanna (African American), Anne (Basque), Channah (Biblical Hebrew), Ana, Hana, Anica, Anita, Anja, Anka, Ankica, Jana, Nensi (Croatian), Anne, Hannah, Anaïs, Annette, Anouk, Ninon (French), Ana (Georgian), Channah, Hannah, Chanah (Hebrew), Nainsí (Irish), Ona (Lithuanian), Ana (Macedonian), Ana, Anabela, Anita (Portuguese), Ana, Anca (Romanian), Ana, Anica, Anja, Anka, Jana (Serbian), Ana, Anica, Anika, Anita, Anja (Slovene), Ana, Anabel, Anita (Spanish), Hanna (Ukrainian), Hena, Henda, Hene, Henye, Hendel (Yiddish) 

Wartakan kisah ini!


Pilih Topik

Login

or