Santa Kunigunde adalah Puteri dari Pangeran Sigfrid, Duke of Luxemburg dan Hedwig dari Nordgau. Dia adalah keturunan generasi ketujuh dari
Beato Raja Charlemagne yang agung. Sejak kecil Kunigunde sudah bercita-cita untuk menjadi seorang biarawati, karena itu ia rajin mengikuti pelajaran agama, dan mengucapkan kaul pribadi untuk tetap hidup suci.
Namun demi pertimbangan politis, pada tahun 999 Kunigunde akhirnya setuju pada desakan kedua orang tuanya agar ia menikah dengan Heindrich II, Duke of Bavaria. Sebelum pernikahan berlangsung, Kunigunde mengajukan sebuah syarat yang harus dipenuhi oleh Heindrich, yaitu bahwa setelah mereka menikah, ia harus tetap perawan dan hidup suci sesuai dengan kaul kemurnian yang telah diucapkannya dihadapan Tuhan.
Heindrich II (kelak juga dikanonisasi sebagai seorang kudus) adalah seorang Raja Katolik yang saleh, yang dibesarkan dalam sebuah biara
Benediktin. Ia juga hidup kudus sesuai dengan kaul anggota
Ordo ketiga Benediktin. Karena itu ia dapat memahami dan sangat menghormati kaul kesucian dari Kunigunde. Mereka lalu menikah namun tetap hidup selibat sampai akhir hayat mereka (disebut juga White Marriage).
Setelah kematian Kaisar Otho III, Heindrich terpilih menjadi Raja dari kekaisaran Romawi Suci, dan Kunigunde dimahkotai sebagai ratu di Paderborn, Jerman pada 1002. Tahun 1014 Kunigunde juga menerima mahkota sebagai Ratu Kekaisaran Romawi Suci dari tangan
Paus Benediktus VIII.
Pada suatu saat, merebaklah gosip yang menyatakan bahwa ratu Kunigunda bukanlah seorang perawan dan sudah tidak suci lagi. Kunigunda sangat sedih dengan kabar burung ini. Ia lalu berdoa meminta pertolongan Tuhan. Untuk membuktikan kesuciannya, dihadapan seluruh rakyatnya, ratu Kunigunde lalu berjalan diatas perapian dengan bara api dan potongan-potongan besi yang membara tanpa terluka sedikitpun (ritual seperti ini sering dilaksanakan pada abad pertengahan, demi untuk membuktikan ketidak bersalahan seseorang).
Selama menjadi kaisar, Heindrich II menyerahkan sebagian besar kekayaannya bagi gereja dan orang-orang miskin. Ketika ia meninggal pada tahun 1024, Kunegunde ditinggalkannya dalam keadaan miskin dan nyaris tidak memiliki apa-apa. Setelah masa perkabungan selesai, pada 1025 Kunegunde masuk biara
Benediktin, menjadi seorang biarawati dan menghabiskan 15 tahun yang tersisa dalam hidupnya dengan berdoa di dalam biara.
Walau sudah menjadi seorang biarawati namun Kunigunde tetap menunjukkan ketegasannya dalam membela ketidak-adilan. Pada suatu hari, ia menampar moeder (pemimpin biara), yang adalah keponakannya, karena enak-enak makan sewaktu ia dan suster-suster yang lain sedang berdoa. Tamparan jarinya membekas pada pipi moeder tersebut selama-lamanya. Santa kunigunde tutup usia pada tahun 1040. Ia dimakamkan berdampingan dengan suaminya Santo Hendrich II dalam bangunan yang paling indah yang didirikan oleh mereka berdua; Kathedral Bamberg.